MEMBUMIKAN LITERASI DI KECAMATAN KEPOHBARU


Oleh: Slamet Widodo
(Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro)

Judul artikel ini memang agak aneh. Bisa dibilang mustahil dan mengada-ada. Ya, memang kelihatannya memang mengada-ada. Itulah cita-cita saya dalam waktu dekat dan masa yang akan datang. Bagi saya, semua di dunia ini tidak ada yang mustahil. 

Saya ingin, masyarakat di kecamatan Kepohbaru, terutama para muda-mudi generasi penerus, gemar literasi. Minimal bisa memahami pentingnya literasi. Sehingga Kecamatan Kepohbaru, nantinya, bisa menjadi basisnya literasi di Kabupaten Bojonegoro. 

Saya tahu persis, di kecamatan Kepohbaru ini memiliki banyak potensi. Muda-mudi yang kratif dan brilian. Terutama di bidang literasi. Hal ini harus segera diakomodasi. Diberi sarana dan diarahkan. Sungguh sayang, jika dibiarkan sia-sia.  

Makanya, saya ingin menebarkan virus literasi kepada mereka. Dan membumikan literasi di kecamatan yang terletak di ujung timur Bojonegoro ini.    

Lah, kok makin aneh-aneh ya?

Ya, biarlah keanehan ini saya alami. Ada juga yang bilang saya ini termasuk orang yang tersesat. Memang ungkapan itu sangat ekstrim bila didengar. Memang itulah adanya. 

Saya akui, memang saya tersesat. Tersesat karena saya tidak berjalan sesuai dengan jalan yang lurus. Saya memilih jalan yang agak ekstrem. 

Kok bisa? Ya, bisa lah. Alasannya? 

Begini. Disiplin ilmu yang saya miliki adalah Pendidikan Matematika. Saat ini, di tempat tugas saya, MTs Negeri Kepohbaru (sekarang menjadi MTs Negeri 3 Bojonegoro) saya juga mengajar Mata Pelajaran (Mapel) Matematika. 

Lah guru matematika kok menulis? Apa nggak tersesat, itu namanya? 

Heleh, biarlah. Masa bodo dengan ucapan dan cibiran orang lain. Mau dibilang aneh lah. Tersesat lah. Sinting lah. Biar. Biar saja! 

Toh saya ndak pernah mengganggu dan mengurusi urusan mereka. Saya nulis juga pakai tangan saya sendiri. HP saya sendiri. Kuota juga saya isi sendiri. Ndak pernah minta atau ngutang pada mereka. 

Ini hobi saya. Saya sekedar menyalurkan hobi saya. Eman jika hobi saya ini tidak tersalurkan dan terbuang sia-sia. Dan ini sebagai rasa syukur saya kepada Allah Swt. atas nikmat yang telah diberikan kepada saya.

Jika tak suka dengan hobi saya, ya, ndak usah dilihat. Abaikan saja. Lah wong, saya juga ndak pernah ngopeni hobi mereka. 

Jangan paksa saya untuk mengikuti hobi meraka. Lah wong, saya juga ndak pernah maksa mereka mengikuti hobi saya.

Bukannya di dunia pendidikan, sebagai guru, kita dituntut untuk menyibak potensi tersembunyi pada diri siswa? Setelah itu kita dituntut untuk mengoptimalkan bakat mereka. Dengan cara mendukung, memotivasi dan mengarahkan mereka. Agar mereka bisa menjadi diri sendiri? 

Mereka mungkin lupa. Guru itu harus menulis? Bahkan hukumnya wajib. Bukankah guru harus buat RPP, LKS, PTK, dan lain-lain? Ada lagi, bikin kisi-kisi soal, naskah soal, menganalisis hasil jawaban siswa. Bukankah itu juga menulis? 

Lah saya sudah kadung jadi guru. Ya, saya akan terus menulis menulis. Menulis bukan untuk saya sendiri. Tetapi, saya juga akan memotivasi siswa agar gemar membaca dan menulis. Akan saya bimbing mereka belajar menulis dari nol sampai terbit buku.

Loh, sampeyan kok merebut posisi guru bahasa? 

Tidak. Saya sama sekali tidak merasa merebut posisi dan tugas Guru bahasa. Justru sebaliknya, saya membantu guru bahasa memfalisitasi siswa untuk menyalurkan hobinya terutama menulis.

Lah terus, bagaimana dengan bidang matematika sampeyan? 

Literasi itu bukan terbatas pada pelajaran bahasa saja. Tapi seluruh mata pelajaran. 

Caranya? 

Lah, kok malah banyak tanya? Pengen tahu caranya? Ya, perbanyaklah baca buku dan segeralah menulis. Gitu aja kok repot.     

Loh sampeyan dikritik kok marah? Bukannya kritik itu membangun?

Sebentar. Siapa yang marah? Saya ndak marah sama sekali. Justru, semangat menulis saya semakin membara. Dan saya akan terus menulis dan menebarkan virus lietrasi di dunia ini. Kepada siapa pun yang mau. 

Tidak ada kritikan itu membangun. Semua kritikan itu justru menghancurkan dan melemahkan bahkan mematikan. 

Tidak dengan paksaan, kan? 

Tentu tidak. 

Caranya? 

Ya, saya akan terus menulis dan menulis. Karena saya yakin, keajaiban menulis akan menghampiri saya. Jika begitu mereka tahu hasilnya, meraka akan tergerak dengan sendirinya.

--- 

Kepohbaru, 24 Agustus 2019

Comments