Cicak, Binatang “Pembawa Sial” tapi Disukai Anak-anak

Gambar Sumber: Cinta Ruqyah Syariyyah

Oleh: Slamet Widodo*)

Entahlah, malam ini, saya tiba-tiba ingin menulis tentang cecak. Saat duduk di ruang tengah bersama ibu, di rumah Bulu Simorejo. Saya melihat seekor cecak yang menempel di tembok. Ia diam penuh siaga, tepatnya  di atas pintu kamar saya. 

Melihat cicak itu, saya langsung teringat anak kedua saya, Azimatun Faiqotuz Zahro (Azim). Ia suka sekali dengan hewan reptil ini. Apabila ia menangis, akan langsung tenang, ketika ditunjukkan cicak yang menempel di tembok rumah kami. 

Bukan hanya itu, ketika ia terbangun saat tidur di tengah malam atau bangun saat pagi, pertama kali yang ditanyakan adalah cicak. “Cecake endi, buk?” (Cicaknya mana, buk?). “Lha kuwi cecake (Lha itu cecaknya),” kata ibunya sambil menunjukkan cecak yang menempel di dinding kamar.

Apabila kebetulan tak ada cicak, maka si ibunya dengan sabar memberi alibi. “Loh cecake no endi ya? Cecake bobok, paling. Ngantuk. Nah, Azim ayo bobok maneh. Isih malem.” (Loh, cecaknya di mana ya? Cecaknya bobok, mungkin. Ngantuk. Nah, Azim ayo bobok lagi. Masih malam). Dalam sekejap anak kami pun tenang dan bobok kembali dalam dekapan hangat sang ibu. 

Bukan hanya Azim. Kakaknya, Zahro, 12 tahun, sewaktu kecil pun punya kesenangan yang sama dengan adiknya. Sama-sama suka cecak. Bahkan dulu, Zahro meminta kakeknya untuk menangkap cecak. Lalu dimasukkan ke dalam plastik bening. Untuk di buat mainan.

Bagaimana dengan anak Anda? Apakah suka sama cecak juga? 

Entah mengapa anak kecil (terutama anak saya) suka sekali dengan cecak. Bahkan ada lagu khusus anak-anak tentang hewan reptil ini. Judulnya: Cecak-cecak di dinding.

Pernah suatu hari, saya diskusi dengan istri saya. Mengapa anak kecil suka sekali dengan cecak. Ia bilang, katanya: “hewan yang pertama kali yang dikenalkan orang tua kepada anak kecil adalah cecak. Sebab cecak mudah di dapat. Cecak banyak ditemui di rumah-rumah. Karena anak kecil memorinya sangat kuat, maka apa yang ia lihat, dengar dan rasakan itu akan tertancap kuat di dalam ingatannya.” 

Hem, masuk akal juga ya... 

Namun, di balik kelucuan cecak, sehingga menarik simpati anak kecil. Ternyata  ada hadits Rasulullah saw. tentang keutamaan membunuh cecak. Termasuk tokek. 

Tentu ada alasan tertentu, mengapa Rasulullah saw. menganjurkan untuk membunuh cecak. 

Pertama, ternyata binatang tersebut bisa mendatangkan penyakit. Sehingga harus segera dibunuh. 

“Barang siapa yang membunuh cecak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus kebaikan. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari pahala pertama. Barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala lebih kurang dari yang kedua,” (HR Muslim).

Kedua, dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa cicak dibunuh karena meniupi api agar membakar Ibrahim as. berdasarkan hadits riwayat Bukhari.

“Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, ‘Dahulu cicak ikut membantu meniup api Ibrahim as.” (HR Bukhari).

Itu cecak di jaman Rasulullah saw. dan Nabi Ibrahim as. Hadits itu apakah berlaku juga untuk cecak-cecak yang ada di rumah-rumah kita atau tidak. Wallahu a’lam. Saya tidak banyak ilmu tentang hal itu. 

Meski pun cecak merupakan binatang yang dianjurkan untuk dibunuh. Tentunya binatang reptil itu juga bisa memberi manfaat bagi manusia. Yakni kita bisa mengambil pelajaran hidup dari cecak. Allah swt. dalam menciptakan sesuatu tentu tidak ada yang sia-sia. 

...Wahai Pemelihara kami, Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia. .... (QS Ali Imron ayat 191).

Pelajaran hidup yang bisa kita ambil dari cecak adalah:

1. Bersyukur 

Cecak, diciptakan Allah swt. dalam bentuk yang begitu rupa. Kakinya pendek. Hidupnya hanya menempel di tembok. Atau langit-langit rumah. Ia hanya menggunakan lidah untuk menangkap makanan. Sementara itu makanannya hewan yang bisa terbang. Tentu kondisi ini sangat tak menguntungkan bagi cicak. 


Meski begitu, ia tak pernah protes kepada Allah Swt. Tak pernah mengeluh dengan kondisi seperti itu. Ia tetap bersyukur. 

Bagaimaana dengan manusia? Hehehe...
Manusia banyak berkeluh kesah. Merasa serba kurang. Dan serba tidak cocok. Ia terus protes kepada Allah Swt. Sudah punya ini, kurang itu. Sudah punya itu, kurang ini. 

Memang, sifat dasar manusia adalah selalu berkeluh kesah. 

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-Ma’arij: 19)


2. Semangat Bekerja

Cecak termasuk binatang yang giat bekerja. Ia tak mau bermalas-malasan. Apabila ada kesempatan mangsa datang, ia akan berusaha sekuat tenaga untuk mengejar dan menangkapnya. Tak peduli mangsanya terbang. Tetap saja ia akan mengejar mangsa itu sampai dapat. 

Nah, bagaimana dengan manusia? Hehehe...

Ah, manusia. Apabila ia belum mendapatkan pekerjaan. Maka ia akan mencari pekerjaan itu sampai dapat. Apa pun dan bagaimana pun caranya, akan ditempuh. 

Namun, apabila sudah mendapatkan pekerjaan. Apa yang dilakukan? Ia akan bermalas-malasan. Bekerja asal-asalan. Maunya kerja enak dan ringan. Tapi gajinya besar dan lancar. 


3. Qonaah (Menerima apa adanya) 

Meski banyak sekali mangsa yang beterbangan. Terkadang tak satu pun yang bisa ditangkap oleh cecak. Bagaimana sikap cecak, apakah ia putus asa? Tidak. Tidak sama sekali. Justru ia diam. Tenang. Sambil menunggu mangsa lain yang datang. 

Nah salah satu sifat baik dari cecak adalah qonaah. Menerima pemberian Allah Swt. dengan lapang dada. Karena ia yakin, bahwa rizkinya sudah diatur oleh Allah Swt. Ia tak kan khawatir Rizkinya bakal tertukar atau tertunda. Sebab rizki pemberian Allah itu pas. Tak kurang dan tak lebih. 

Kita seharusnya bisa mencontoh sifat qonaah cecak. Tak perlu tamak mengejar dunia. Sebab rizki kita sudah diatur oleh Allah. Tentunya Allah Maha Adil dan Maha Pemurah. Dia tak mungkin membiarkan hamba-Nya kelaparan. Tentunya semua kebutuhan manusia telah dicukupi oleh Allah Swt. 

Dalam bekerja untuk urusan dunia, jangan sampai lalai sehingga meninggalkan urusan dengan Allah Swt.  

Rizki kita sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Sekuat apa pun dan segiat apa pun kita bekerja. Jika Allah menetukan rizki kita untuk hari ini sebesar seratus ribu, misalnya. Maka yang kita dapat ya seratus ribu itu. Tak kurang dan tak lebih. 

Terkadang kita lupa memaknai rizki itu sendiri. Yang kita sebut rizki adalah berupa uang atau harta benda lainnya. Bukan. Bukan hanya itu. Rizki yang Allah berikan kepada kita, dalam setiap harinya, sangat banyak. Tak terhitung jumlahnya. Berapa di antaranya adalah hidup di dunia ini. Udara yang kita hirup setiap hari. Kesehatan badan. Kesempatan untuk beribadah. Semua itu adalah rizki. 

Untuk itu, marilah kita berusaha mengambil pelajaran dari binatang apa pun yang diciptakan Allah Swt. Salah satunya adalah cecak. Sebab, apa pun yang dicipatakan Allah Swt. di dunia ini untuk manusia yang mau berfikir. Dan tentunya tak ada yang sia-sia. Wallahu a’lam...

*** 

Pernah kejatuhan cecak?
Jika pernah, setelah kejatuhan cecak, apa yang ada di dalam pikiran kita? 

Ah, embuh lah... 

----

Kepohbaru, 18 Maret 2019.


*) Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro – Pendiri komunitas menulis cah ndeso “Kita Belajar Menulis (KBM)”)

Comments