Karpu Lantas


Di penghujung Agustus 2021, pertemuan tatap muka (PTM) terbatas diberlakukan di MTs Negeri 3 Bojonegoro. Setelah hampir dua bulan dilakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). Terbatas artinya, siswa yang masuk hanya lima puluh persen. Sisanya tetap belajar dari rumah secara daring.

Siswa dijadwalkan masuk secara bergiliran dengan memakai seragam lengkap. Dalam sehari, ada sembilan kelas dari delapan belas kelas yang dijadwalkan masuk.

PTM ini tentu sangat dirindukan oleh siswa, guru dan juga orang tua. Sebab siswa bisa belajar dan dibimbing secara langsung oleh guru di kelas.

Hal pertama yang saya lakukan di awal PTM di kelas 7 adalah menanyakan kabar siswa, menanyakan kesan dan kendala selama belajar daring dari rumah. Jawaban mereka hampir sama: kesulitan mengakses internet karena buruknya sinyal. Selain itu rata-rata siswa tidak memiliki kuota internet (kalaupun memiliki, hanya kuota untuk WhatsApp). Sebagian lainnya lebih beruntung: bisa akses internet melalu Wi-Fi.

Selanjutnya saya menanyakan kembali materi bilangan bulat yang telah saya kirim melalui WhatsApp, Google Classroom, dan YouTube selama PJJ. Tujuannya untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan siswa dalam memahami materi tersebut.

Hasilnya: sungguh membuat saya terharu. Ternyata sebagian besar siswa belum bisa memahami operasi (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian) bilangan bulat. Terutama operasi bilangan bulat positif dan negatif. Padahal materi dasar yang wajib dikuasai dalam belajar matematika adalah operasi bilangan bulat ini.

Menurut saya, hal itu wajar untuk mata pelajaran matematika. Jangankan belajar secara daring. Belajar dengan PTM saja, tak banyak siswa yang dapat memahami materi yang dipelajari di kelas bersama guru. 

Untuk membantu siswa supaya mudah dalam memahami operasi bilangan bulat, akhirnya muncullah ide membuat alat peraga yang saya beri nama Kartu Lampu Lalu Lintas (Karpu Lantas).

Nama Karpu Lantas ini saya pilih karena bahan alat peraga ini adalah kertas Buffalo (kertas tebal) berwarna merah dan hijau. Kertas tersebut saya potong membentuk kartu dengan ukuran 8,5 cm x 5,5 cm. (Ukurannya bisa disesuaikan dengan selera, bisa juga dibuat lebih panjang). Jumlah potongan kertas tersebut juga menyesuaikan: makin banyak makin bagus.

Kemudian potongan kertas berbentuk kartu tersebut saya beri tanda: hijau untuk positif (+) dan merah untuk negatif (-).

Analoginya mirip lampu lalulintas. Lampu hijau artinya jalan (+) dan lampu merah artinya berhenti (-). Sementara lampu kuning sebagai tanda (peringatan) agar pengendara berhati-hati.

Cara penggunaannya: kartu merah dan kartu hijau dipasangkan. Sepasang kartu tersebut bernilai nol (0).

Contoh (1) : 3 + 2  

Dari contoh di atas: bilangan 3 bernilai positif dan bilangan 2 juga bernilai positif. Karena keduanya positif, berarti kartu yang diambil semuanya berwarna hijau.

Cara mengerjakan dengan kartu Karpu Lantas:

Pertama: ambil 3 kartu hijau. Kedua: ambil lagi 2 kartu hijau.

Karena sama-sama hijau, maka kartunya tinggal menambahkan saja.

Jadi kartu yang diambil menjadi 5 kartu hijau.

Jadi 3 + 2 = 5.

Contoh (2) : -3 + 2

Nah, pada contoh di atas, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Bahkan ada yang bilang: tidak bisa dijumlahkan. Miris bukan?

Dari contoh soal di atas: bilangan -3 bernilai negatif (3 kartu berwarna merah) dan bilangan 2 bernilai positif (2 kartu berwarna hijau).

Cara mengerjakan dengan kartu Karpu Lantas:

Pertama: ambil 3 lembar kartu merah. Kedua: ambil 2 lembar kartu hijau.

Karena kartu tersebut berbeda warna, maka masing-masing kartu harus dipasangkan (merah dan hijau).

Setelah dipasangkan, maka terdapat 2 pasang kartu merah dan hijau. Nah, ternyata ada satu kartu yang tidak memiliki pasangan: yakni kartu merah sebanyak 1 lembar (-1).

Nah, sisa kartu merah itulah yang menjadi hasil dari operasi bilangan di atas.

Jadi -3 + 2 = -1

Bagaimana, mudah bukan? Silakan dicoba sendiri di rumah ya…


Kepohbaru, 3 September 2021

Slamet Widodo, S.Pd.

Guru MTs Negeri 3 Bojonegoro

Comments

Post a Comment