Oleh: Slamet Widodo, S.Pd
(Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro)
Sabtu Pagi, 20 April 2019. Sekira pukul 09.30 WIB. Di ruang
laboratorium komputer 3. Tempat saya bertugas. Saya, Kiai Mahrus dan Pak
Sudarmono berada di dalamnya. Beliau berdua rabahan, untuk istirahat sejenak.
Sembari menunggu azan Zuhur berkumandang.
Sementara saya menyiapkan administrasi UNBK. Yang dilaksanakan
Senin, 22 April 2019. Membuat daftar hadir, berita acara, jadwal dan lain
sebagainya.
Tak lama berselang. Pekerjaan saya hampir selesai. Semua kebutuhan
administrasi sebagian besar sudah saya buat. Rasa lelah pun mendera. Untuk
sekedar meluruskan punggung, saya pun ikut rebahan di lantai yang beralaskan
karpet hijau. Di antara sela-sela meja tempat puluhan komputer diletakkan.
Saat rebahan dan memejamkan mata barang sejenak. Kiai Mahrus, sambil
memutar video pengajian Gus Baha' di Youtube. Entah tema apa yang dibahas. Saya
tak mengikuti ngaji itu dari awal. Saya fokus pada pekerjaan. Sehingga kurang
fokus pada pengajian itu.
Sayabaru mengikuti (fokus mendengarkan) pengajian itu, saat Gus Baha'
bercerita tentang Nabi Dzannun atau Nabi Yunus as. Dengan gaya khasnya, santai
tapi serius, Gus Baha' berkisah tentang Nabi yang pernah ditelan ikan itu.
***
Pada masanya, Yunus as. diutus Allah Swt. untuk menyampaikan
risalah kepada kaumnya. Di sebuah kampung bernama Ninawa. Di daerah Mosul,
Irak. Semua penduduknya telah berpaling dari jalan Allah yang lurus. Mereka
menyembah patung dan berhala.
Tugas Yunus as. adalah memberi petunjuk dan mengajak mereka kembali
ke jalan yang lurus. Yakni menyembah Allah Swt. Bukan yang lain.
Namun apa yang terjadi? Ternyata seluruh kaum Yunus as. menolak
ajakannya dan ingkar kepada Allah Swt. Mereka tetap memilih menyembah patung
dan berhala. Mereka tetap memilih kafir. Bukan hanya itu. Mereka juga
mengolok-olok dan menghina Nabi Yunus as.
Melihat kelakuan kaumnya itu, akhirnya Yunus as. marah. Dan tidak
mengharapkan lagi keimanan kaumnya itu.
Kemudian Allah Swt. pun mewahyukan kepada Yunus as. untuk
memberitahukan kepada kaumnya, bahwa Allah akan mengazab mereka. Karena sikap
mereka itu.
Lalu Yunus as. menyampaikan perihal azab itu kepada kaumnya dan
mengancam mereka dengan azab Allah swt. Kemudian ia pergi meninggalkan mereka.
Kala itu, kaum Yunus as. telah mengetahui, bahwa Yunus as. telah
pergi meninggalkan mereka. Sehingga mereka yakin, azab akan turun dan bahwa
Yunus adalah seorang nabi. Karena itu, mereka segera bertobat kepada Allah
Swt., kembali menyembah kepada-Nya, dan menyesali perbuatan mereka.
Pada saat itu, kaum lelaki, wanita, dan anak-anak menangis karena
takut azab yang menimpa mereka. Lalu mereka berdoa dengan suara keras kepada
Allah Swt. agar azab itu diangkat dari mereka. Saat Allah Swt. melihat tulusnya
tobat mereka, maka Allah Swt. menghilangkan azab itu dari mereka serta
menjauhkannya. Allah Taala berfirman,
“Dan mengapa tidak ada (penduduk) suatu kota yang beriman, lalu
imannya itu bermanfaat kepadanya selain kaum Yunus? Ketika mereka (kaum Yunus
itu) beriman, Kami hilangkan dari mereka azab yang menghinakan dalam kehidupan
dunia, dan Kami beri kesenangan kepada mereka sampai kepada waktu yang
tertentu.” (QS. Yunus: 98)
Setelah peristiwa itu, Yunus as. tetap meninggalkan kampung dan
kaumnya karena marah. Padahal Allah Swt. belum mengizinkannya.
Yunus as. pergi ke tepi laut dan menaiki kapal. Tanpa sepengetahuan
para penumpang dan nahkoda kapal. Pada saat Yunus as. berada di atas kapal,
tiba-tiba ombak laut menjadi besar dan dahsyat. Angin menjadi kencang dan
membuat kapal menjadi terombang-ambing, oleng. Hingga hampir saja tenggelam.
Mengingat kondisi kapal nakhoda dan penumpang kapal segera
mengambil inisiatif. Sebagian barang-barang berat yang ada di kapal itu
dilempar ke laut. Untuk meringankan beban. Namun ternyata, kapal tetap saja
oleng dan hampir tenggelam.
Namun, kapal itu tetap saya tidak terombang-ambing, oleng dan
hampir tenggelam. Nakhoda dan para penumpang kapal tersebut berdiskusi. Untuk
mengurangi beban kapal, harus ada satu penumpang yang rela untuk terjun ke
laut. Semua penumpang tidak ada yang mau. Kemudian dilakukan pengundian. Siapa
pun yang mendapat undian, harus terjun ke laut.
Ternyata undian itu jatuh kepada Yunus as. Undian tersebut diulang
hingga tiga kali. Hasilnya tetap sama. Dan lagi-lagi Yunus as. lah yang
mendapatkan undian itu. Artinya, Yunus as. harus rela terjun ke laut. Kemudian
Yunus as bangkit dan melepas bajunya, kemudian melemparkan diri ke laut.
Tentunya Allah Swt. tidak rela jika seorang utusan dan kekasih-Nya
mati di tengah lautan. Bersama itu pula, Allah Swt. mengirimkan seekor ikan
besar dan mengilhamkan kepada ikan itu untuk menelan Yunus as. Dan tetap
menjaganya agar tubuhnya tidak robek atau bahkan luka sedikit pun. Yunus as.
pun tinggal di dalam perut ikan itu dalam beberapa waktu dan dibawanya
mengarungi lautan.
Menyadari dirinya berada di dalam perut ikan yang gelap gulita itu.
Yunus as. menyesal telah berbuat salah dan melanggar perintah Allah Swt.
Kini Yunus as. telah berada dalam tiga kegelapan; kegelapan perut
ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam.
Maka di dalam kegelapan perut ikan itu Yunus as. berkata kepada
dirinya sendiri. Kalau pun harus mati di dalam perut ikan itu, ia ingin mati
dalam keadaan bertasbih dan memohon ampun kepada Allah Swt.. Maka Yunus as.
berdoa:
“Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Mahasuci
Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”
Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
“Dan (ingatlah kisah) Dzunnun (Yunus), ketika ia pergi dalam
keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya
(menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, “Bahwa tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zalim.” –Maka Kami telah memperkenankan doanya
dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan
orang-orang yang beriman.” (QS. Al Anbiyaa’: 87-88)
Kemudian Allah Swt. memerintahkan ikan itu agar memuntahkan Yunus
as. ke pinggir pantai. Lalu Allah swt. menumbuhkan sebuah pohon sejenis labu
yang memiliki daun yang lebat. Pohon itu dapat menaungi Yunus as. dan
menjaganya dari panas terik matahari.
Sebagaimana firman Allah Swt.,
“Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedang ia dalam
keadaan sakit.– Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu.”
(QS. ash-Shaaffaat: 145-146)
Ketika Yunus as. dimuntahkan dari perut ikan yang keadaannya
seperti anak burung yang telanjang dan tidak berambut. Lalu Allah menumbuhkan
pohon sejenis labu, dimana ia dapat berteduh dengannya dan makan darinya.
Selanjutnya pohon itu kering, lalu Yunus menangis karena keringnya pohon itu.
Kemudian Allah berfirman kepadanya, “Apakah kamu menangis karena pohon itu
kering. Namun kamu tidak menangis karena seratus ribu orang atau lebih yang
ingin engkau binasakan.”
Selanjutnya, Allah Subhanahu waTa’ala memerintahkan Yunus as. agar
kembali kepada kaumnya untuk memberitahukan mereka, bahwa Allah Ta’ala telah
menerima tobat mereka dan telah rida kepada mereka. Maka Yunus as. melaksanakan
perintah itu. Ia pergi mendatangi kaumnya dan memberitahukan kepada mereka
wahyu yang diterimanya dari Allah Swt.
Kaumnya pun telah beriman dan Allah memberikan berkah kepada harta
dan anak-anak mereka, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam firman-Nya,
“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih.–Lalu
mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka
hingga waktu yang tertentu.” (QS. ash-Shaaffaat: 147-148)
***
Tentang doa Nabi Yunus as., Rasulullah saw. bersabda,
“Doa Dzunnun (Nabi Yunus as.) ketika di perut ikan adalah “Tidak
ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Sesungguhnya aku termasuk
orang-orang yang zalim.” Sesungguhnya tidak seorang muslim pun yang berdoa
dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah akan mengabulkan doanya.” (HR.
Tirmidzi).
***
Artikel ini saya tulis, karena saya mengalami dan merasakan sebuah
pengalaman yang menurut saya luar biasa. Pengalaman itu saya alami bersama
teman-teman pada Jumat Wage, 19 April 2019 malam. Di musala “Nur Alief”
Kradenanrejo, Kedungpring, Lamongan.
Kisah tentang Nabi Yunus as. itu saya dapatkan dari berbagai sumber
di internet.
----
Kepohbaru, 23 April 2019
Comments
Post a Comment