Radio Masih Masih Tetap Eksis di Tengah Arus Media Digital

Radio. ©blogspot.com

Kepohbaru - Setiap pagi, selepas Subuh, Bapak mertua saya selalu mendengarkan berita di radio. Acara favoritnya Kopi Pagi. Acara yang dipandu oleh Kang Imam Sudibyo itu disiarkan melalui radio Istana FM, Bojonegoro. Dari media radio inilah, bapak mertua mendapatkan informasi-informasi ter-update yang terjadi di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya.

Berbeda dengan Bapak mertua, tetangga sebelah rumah saya, hampir setiap hari, siang dan malam, juga memutar radio. Dengan volume lumayan keras. (Terkadang saya dan istri saat mengerjakan tugas yang butuh konsentrasi tinggi, merasa terganggu). Acara favoritnya musik berbagai genre, mulai dari dangdut, koplo, langgam, keroncong, kosidah, nasyid dan lain-lain. 

Sementara itu, tetangga depan rumah saya, juga suka mendengarkan wayang kulit, tayub, dan ludruk,  melalui radio. Hanya saja pada jam-jam tertentu, tidak setiap hari.

Di dunia pendidikan, selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) akibat covid-19, pemerintah kabupaten Bojonegoro radio dijadikan solusi dalam pembelajaran jarak jauh. 

Sebagamana dilansir di website resmi Pememerintah Kabupaten Bojonegoro, bojonegorokab.go.id., Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) lewat siaran langsung di radio milik Pemkab, Radio Malowopati FM. Selain radio, Disdik juga menggunakan aplikasi pendidikan bernama Sifajargoro. Dua media itu menjadi solusi utama di tengah pandemi ini.

Setahun yang lalu, Rahayu Lestari Putri, salah satu anggota keluarga Kita Belajar Menulis (KBM), juga pernah siaran di radio milik Pemkab Bojonegoro itu. Rahayu (panggilan akrabnya), siaran bersama tim Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bojonegoro. Dalam siaran itu ia menginformasikan program-program yang ada di Baznas. Saya mengakses siaran itu melalui streaming di internet. 

Dari uraian di atas, bisa kita ketahui, bahwa di era transfromasi digital ini, radio masih tetap bisa bertahan. Selain sebagai hiburan, radio juga menjadi media arus utama untuk meyampaikan informasi kepada masyarakat. Juga menjadi solusi bagi dunia pendidikan di tengah badai Covid-19 ini.

Walaupun kanal media baru berbasis internet berkembang secara masif, namun radio tetap bisa eksis menyapa pendengar. Meski demikian, adaptasi dan inovasi sesuai dengan perkembangan zaman terus dibutuhkan agar tetap bertahan.

Ada banyak tantangan yang dihadapi media konvensional seperti radio ini. Salah satu tantangan itu berupa meningkatnya jumlah pengguna internet dan kanal media digital. 

Menurut laporan We Are Social 2021 yang dilansir Kompas.id, jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta atau 73,7 persen dari total penduduk. Meningkat 15,5 persen disbanding tahun sebelumnya.

Konten digital yang banyak digemari oleh penduduk usia dewasa adalah konten di YouTube, media social, aplikasi pemutar music daring, dan Podcast.

We Are Social 2021 juga melaporkan, sebanyak 52,1 persen masyarakat berusia 16 sampai 64 tahun mendengarkan siaran radio secara streaming dalam setiap bulannya.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh Kompas pada 18-20 Agustus 2021 lalu, ada 45 persen responden yang masih mendengarkan radio. Sementara itu, berdasarkan usia, generasi X (usia 40-55) menempati urutan pertama, yakni 48,2 persen, disusul generasi Y (milenial – usia 24-39) di urutan kedua dengan 25,1 persen dan di urutan ketiga ada generasi Baby Boomers (usia 56-74) sebanyak 15,6 persen. Sisanya ditempati generasi Z, 10,6 persen dan generasi silent sebanyak 0,5 persen.    

Alat yang sering digunakan untuk mendengarkan radio yakni radio antenna (radio berbentuk fisik, radio di mobil dll) sebanyak 66,8 persen. Disusul aplikasi radio yang ada di telepon seluler sebanyak 28,6 persen dan streaming melalui Website sebanyak 4,6 persen.  

Nah, apakah Anda juga masih gemar mendengarkan radio? Kalau saya, “terpaksa” harus mendengarkan radio setiap hari. Hehehe…

Kepohbaru, 5 September 2021

Slamet Widodo

Guru MTs Negeri 3 Bojonegoro

Comments