Kunci Bahagia

Dokumen Pribadi

Menulis adalah merekam perjalanan. Mengabadikan kisah. Memetik hikmah dari setiap yang kita alami. Perjalanan dan kisah itu akan menjadi sejarah. Lembaran-lembaran itu nantinya dapat dibuka kembali oleh penulis itu sendiri atau orang lain. Sehingga dapat dijadikan pelajaran dalam menjejaki langkah pada masa yang akan datang.

***

Rabu pagi, 10 Juni 2020, saya berkesempatan menyertai tetangga sebelah yang melangsungkan akad nikah. Ia dinkahi seorang perjaka yang berasal dari Kedungpring, Lamongan. Akad nikah yang dilaksanakan di ruang pertemuan kantor urusan agama (KUA) kecamatan setempat itu berjalan lancar. Prosesi akad nikah berlangsung sangat sederhana. Tak lebih dari sepuluh orang yang ada di dalam ruangan tersebut. Semua pakai masker. Hal itu dilaksanakan karena mengikuti protokol kesehatan dalam pencegahan Covid-19. Meski begitu,  tak mengurangi khidmatnya proses ijab kabul.

Usai prosesi ijab kabul, Pak penghulu memberikan beberapa nasehat kepada kedua pengantin baru itu. Walaupun nasehat itu ditujukan kepada kedua mempelai, namun hakekatnya juga untuk pengantin-pengantin lawas yang hadir pada saat itu. Agar bukan hanya saya yang mendapatkan nasehat itu, maka saya tuliskan kembali nasehat itu untuk pembaca sekalian.

“Setiap kali ada pengantin baru, doa yang umum diucapkan adalah: ‘semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah warrahmah.’”

“Makna sakinah adalah _ayem tentrem_ (hidup tenang dan damai). Sakinah diturunkan Allah kepada keluarga yang _mbeneh_ (benar). Mbeneh maksdunya, suami dan istri tahu tugas dan kewajibannya masing-masing lalu dijalankan dengan penuh tanggung jawab.”

“Suami dan istri harus saling mendoakan dalam kebaikan. Jika ada suami atau istri yang berbuat tidak baik, maka yang salah adalah diantara keduanya. Sebab mereka tak saling mendoakan dalam kebaikan. Bisa jadi doanya hanya asal-asalan.”

“Wong wedok kudu isa dadi daringan. Wong lanang aja sampek buka daringan.” (Orang perempuan –istri- harus bisa jadi tempat menyimpan –harta suami-. Suami jangan sampai membuka tempat menyimpan harta).” 

Dijelaskan oleh Pak Penghulu, suami harus bekerja dengan giat. Tak boleh bermalas-malasan. Hasil nafkah dari suami diberikan kepada istri untuk dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan dan disimpan.

“Setiap keluarga pasti diuji oleh Allah Swt. Masing-masing keluarga mendapat ujian yang berbeda-beda. Sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Tugas suami dan istri adalah harus mampu menyelesaikan permasalahan tersebut. Jika ada masalah, namun keluarga tersebut tak bisa menyelesaikannya, maka yang terjadi adalah perselisihan. Jika tak kunjung mendapat solusi maka akhirnya terjadi pecahan.”

“Ada tiga tipe keluarga: Keluarga sukses dan bahagia. Keluarga sukses tapi tidak bahagia. Keluarga bahagia.”

Pak Penghulu memberi penjelasan, kebanyakan orang menganggap tolok ukur bahagia adalah jika memiliki banyak harta. Belum tentu. Banyak orang kaya, tapi hidupnya tak bahagia, bahkan berantakan. Anak-anaknya akhlaknya rusak. Suami-istri bercerai. Dan banyak lagi contohnya.

Kunci bahagia itu adalah banyak bersyukur. Selain itu, biasakan suami-istri makan sepiring berdua. Saling menyuapi satu sama lain. Minum segelas berdua. Walaupun makan nasi, lauknya cukup ikan asin dan sambel, maka akan terasa nikmat. Karena makanan itu penuh dengan keberkahan dari Allah Swt. 

Itulah wujud dari kerukunan rumah tangga dan itu pula yang menjadi kunci tercurahnya rizki dari langit. Rukun.

Ia mencontohkan, Nabi saw. selalu makan dan minum berdua bersama dengan istri-istri beliau. Saling suap-suapan. Gelas bekas minum Nabi saw juga diminum oleh istri-istri beliau. Nabi saw. selalu romantis kepada keluarga.

Keluarga pengantin lawas agar rumah tangganya selalu sakinah mawaddah warrahmah, maka  harus banyak-banyak membaca, ngaji dan mengingat kembali masa-masa pengantin baru. 

Saya doakan betul, bagi yang masih jomlo, agar segera dipertemukan dengan jodohnya. Tentu atas pilihan Allah Swt. Sebab baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah. 

Perlu diketahui, bahwa jodoh, rizki dan maut adalah di tangan Allah. Namun harus tetap berusaha semaksimal mungkin. Harus tetap melalui proses. Karena Allah sangat menyukai proses. 

Wallahu a’lam...

---- 

Simorejo, 
18 Syawal 1440 H.
10 Juni 2020 M.

Slamet Widodo
Guru MTs Negeri 3 Bojonegoro

Comments