BERTEMU PENULIS IDOLA (2)

Usai Salat Dzuhur di Masjid Darus Salam Bojonegoro Bersama Pak Ajun 
Oleh: Slamet Widodo, S.Pd
(Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro)

Saat ngobrol dengan Pak Ajun, rasanya asyik banget. Seperti ngemil kwaci. Gurih. Bikin nagih. Sampai lupa waktu. Ngobrol berjam-jam serasa baru beberapa menit saja. Saya yakin, semua itu karena keramahan dan tingginya ilmu beliau.

Pernah suatu ketika. Usai acara launching buku anggota PBG Bojonegoro di Aula Dinas Pendidikan Bojonegoro. (Entah kapan waktunya, saya lupa). Kami sempat mengobrol di alun-alun. Ngobrol tentang literasi, tentunya. Sambil minum es dawet. Ditemani rintik hujan. Kami berteduh di bawah pohon rindang.

Nah, nah... Kok malah jadi kayak pacaran yak? Nggak lah, kami kan sama-sama cowok normal. Jadi nggak mungkin, kami pacaran. Ya, memang, waktu itu kami memilih duduk di taman Alun-alun Bojonegoro.

Usai minum es dawet sambil ngobrol, tak berselang lama terdengar lantunan ayat suci Al-Quran dari corong masjid memenuhi alun-alun yang luas itu. Pertanda waktu Magrib sebentar lagi akan segera tiba. Segera kami bergeser ke masjid Darus Salam, untuk persiapan salat Magrib berjamaah.

Usai jamaah salat Magrib, kami duduk di serambi masjid sebelah utara, melanjutkan obrolan yang tadi sempat terpotong. Saking asyiknya ngobrol, sampai lupa waktu. Saya melihat jam di HP yang ada di tangan saya, menunjuk angka 18.30. Artinya saya ngobrol hampir dua jam.

Saya tak sadar, jika jarak Bojonegoro dengan rumah saya, cukup jauh. Sekira 25 Km. Dan butuh waktu sekitar satu jam perjalanan.

Nah, pertemuan kemarin, Ahad, 18 Agustus 2019 itu pun sama. Ngobrol dua jam, terasa hanya beberapa menit saja.

Dari obrolan ringan dan santai itu, saya dapat beberapa ilmu dari Pak Ajun.

Hal yang harus dilakukan oleh penulis agar tulisannya berbobot maka harus mengadakan riset. Tanpa riset, tulisan terasa garing. Tak relevan dengan kondisi perkembangan zaman dan informasi yang ada.

Kedua, Merenung. Selain riset, penulis harus merenung. Merenung untuk memikirkan kira-kira hal apa saja yang akan dituangkan ke dalam tulisan. Kegiatan merenung ini membutuhkan waktu yang cukup lama dibanding menulis hasil renungan.

Seperti tulisan yang Anda baca saat ini. Tulisan ini hasil saya merenung lebih dari dua hari. Padahal, membaca tulisan ini hanya butuh waktu kurang dari lima menit saja.

Ketiga, membaca tulisan sendiri. Setelah selesai menulis. Penulis wajib membaca tulisannya sendiri. Bukan hanya sekali. Tapi berkali-kali. Sebelum di-share di media sosial dan dibaca orang lain.

Tujuannya, untuk mengedit tulisan sendiri. Mungkin ada kalimat yang kurang pas.

Selain itu, sebagai penulis, disamping menjadi penulis hebat, juga harus bisa menjadi editor yang keren.

Kepohbaru, 20 Agustus 2019

Comments