Pohon Kurma pun Menangis (162)

Sumber gambar : google

Oleh : Slamet Widodo 
(Guru Matematika MTs Negeri 3 Bojonegoro)

Jika membicarakan akhlak terpuji Rasulullah Saw. tentu kita tidak akan pernah merasa bosan dan tidak akan pernah kehabisan materi. Dunia mengakui akan keluruhan budi beliau. Bukan hanya makhluk yang mengakui keindahan akhlak beliau, bahkan Allah SWT pun memujinya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran Surat Al Qalam ayat 4,

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Ayat tersebut merupakan pujian Allah Swt kepada Rasulullah saw. yang memiliki akhlak yang agung. Pribadi beliau sangat mulia, paling sempurna dan paling utama. Hal itu pun diakui oleh para sahabat-sahabat beliau yang selalu menyertai dalam keseharian beliau. Sahabat Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu, pernah mengatakan .

“Adalah Rasulullah SAW manusia yang paling bagus akhlaknya.”

Anas bin Malik menyanjung Rasulullah saw. seperti itu bukan tanpa alasan. Betapa tidak, ia telah menyertai beliau selama Sembilan tahun. Selama itu pula ia tidak pernah sekalipun menjumpai Rasulullah saw. menghardik atau berkata kasar kepadanya.

“Aku berkhidmat kepada beliau ketika safar maupun tidak. Demi Allah terhadap suatu pekerjaan yang terlanjur aku lakukan, tidak pernah beliau berkata ‘Kenapa engkau lakukan hal tersebut demikian?’ Sebaliknya, bila ada suatu pekerjaan yg belum aku lakukan tidak pernah beliau berkata ‘Mengapa engkau tidak lakukan demikian?’” begitu pengakuan Anas radhiyallahu ‘anhu.

Sementara itu, Ummul Mukminin, sayidah Aisyah radhiyallahu ‘anha, ketika ditanya oleh Sa’ad bin Hisyam bin Amir tentang akhlak Rasulullah SAW. ia menjawab:

“Akhlak beliau adalah Al-Qur`an. Tidakkah engkau membaca firman Allah SWT ‘Sungguh engkau berbudi pekerti yang agung’?”

Hal itu berarti bahwa apa saja yang diperintahkan Al-Qur`an pasti beliau melakukannya. Dan apa saja yang dilarang Al-Qur`an beliau pasti meninggalkannya tanpa menawar.

Selain itu, Allah Swt menanamkan sifat-sifat agung kepada diri beliau. Diantaranya adalah sebaik-baik tabiat dan akhlak seperti rasa malu, dermawan, pemberani, pemaaf, sangat sabar dan lain sebagainya.

Keagungan akhlak ini tampak dari diri beliau ketika bergaul dengan istri sanak family, sahabat, masyarakat dan bahkan dengan musuh sekalipun.

Pantasa saja masyarakat Quraisy kala itu memberi gelar Al-Amin kepada beliau. Yakni orang yang terpercaya, jujur, tidak pernah dusta, lagi amanah.

Bukan hanya manusia yang mengakui kagungan akhlak Rasulullah saw, namun juga tumbuhan, binatang dan semua makhluk seluruh alam.

Ada sebuah kisah yang menceritakan, pernah suatu hari ada pohon kurma yang menangis. Kisah ini saya kutip dari buku anak-anak “Kisah-kisah Akhlak Mulia Nabi Muhammad saw.” karya Nita
Candra, diterbitkan PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Suatu hari Nabi Muhammad saw. telah hijrah ke Madinah., beliau senantiasa menyampaikan khotabh di hari Jum’at, di bawah naungan sebuah pohon kurma. Selama Nabi Muhammad saw. menyampaikan kebenaran dan keindahan Islam, para sahabat duduk mengelilingi beliau dan mendengarkan dengan khusu’.

Tidak ada seorang pun ingin melewatkan kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Nabi, termasuk pohon kurma tersebut. Seolah seluruh alam turut mendengarkan pesan dan nasihat Nabi Muhammad saw. hingga suasana menjadi khidmat dan hening. Dan hanya suara beliau yang terdengar.

Setelah beberapa lama Nabi Muhammad saw memberikan khutbah, para sahabat menawarkan kepada Nabi saw. untuk dibuatkan mimbar. Nabi menjawab, “Silakan, jika tidak membebani kalian.”

Mungkin kisah ini yang menjadi dasar sehingga di setiap masjid terdapat mimbar untuk khutbah.

Akhirnya, para sahabat membuatkan mimbar untuk Nabi saw. Ketika mimbar sudah jadi dibuat, beliau selalu menaiki mimbar saat memberikan khutbah. Sehingga, semua orang yang hadir bisa melihat dan mendengar suara Nabi Muhammad saw. dengan jelas.

Suatu ketika, belum lama Nabi Muhammad saw menyampaikan khutbah. Tiba-tiba terdengar isak tangis. Semua orang yang hadir terdiam. Saling memandang dan bertanya. Siapa gerangan yang menangis itu? Ketika dicari-cari tidak ada di antara semua orang yang hadir di majlis Rasulullah itu menangis. Semua heran. Rasulullah mendengar suara itu dengan sungguh-sungguh. Kemudian beliau turun dari mimbar dan mendekati pohon kurma yang masih berdiri kokoh di tempatnya.

Semua sahabat terkesima. Ternyata isak tangis itu bersal dari pohon kurma tersebut. Rasulullah saw. dengan penuh kasih sayang memeluk pohon kurma tersebut dan membelainya. Tak berselang lama, setelah dihibur oleh Rasulullah saw. pohon kurma itu akhirnya menjadi tenang dan tidak menangis lagi.

Ternyata, selama ini pohon kurma tersebut selalau mendengarkan dan meresapi setiap nasehat tentang kebenaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah saw. Yang dalam menyampaikan nasehat-naasehat itu, belilau sambil berdiri di bawah naungan pohon kurma itu.

Pohon kurma tersebut merasa kehilangan karena Rasulullah saw. tidak lagi menggunakan pohon kurma itu sebagai tempat bersandar saat beliau menyampaikan khutbah.

Nah, pohon saja selalu mendengarkan dan meresapi nasehat-nasehat Rasulullah saw. dan sangat merindukan kehadiran beliau. Bagaimana dengan kita?

*** 

Jika kalian sedang rindu kepada siapapun, menulislah.

---


Wallahu a’lam…

Kepohbaru, 07 Desember 2017     
 

Comments